Tuesday, April 11, 2006

Playboy

Hari ini, 7 April 2006, Playboy Indonesia mulai menyebarkan edisi perdananya. Dari awal rencana penerbitan sudah banyak suara2 menentang. Isu yang terlontar dengan terbitnya Playboy Ind adalah potensi kemerosatan moral generasi muda. Dan ada rencana dari pihak FPI (Front Pembela Islam) untuk menyikat habis peredaran majalah ini, kalau perlu memberantas habis sampai kantor redaksinya (berita lihat di detik.com). Sedangkan MUI sepakat untuk menduduki kantor redaksi Playboy Ind untuk menghentikan penerbitannya

Menurut saya ada yang aneh dengan reaksi dari beberapa pihak tersebut. FPI dengan respon mereka yang selalu melakukan tindakan destruktif tanpa pernah melakukan tindakan2 yang konstruktif, atau MUI yang akan melakukan tindakan aneh itu, atau pihak pemerintah yang jelas terlihat punya sikap mendua untuk masalah ini dengan mempertimbangkan untuk mengeluarkan SK (hellooooo, kemana aja kemarin2, bang???). Kenapa ya mereka2 ini kok selalu hanya bisa bereaksi defensif, tidak antisipatif?

Lagipula, kenapa mereka hanya bisa mengangkat isu kemorosotan generasi muda? Bukannya ini isu yang sudah kadaluarsa? Sejak kapan mereka pernah mengatakan moral generasi muda Indonesia itu baik, dari dulu kan mereka hanya bisa mengkritik dan mengomentari kondisi generasi muda dari sisi yang jelek2 saja, dan jarang mengungkap kondisi yang baik atau prestasi yang dilakukan generasi muda. Padahal banyak sekali prestasi dan dan perbuatan membanggakan yang sudah dilakukan anak muda bangsa, tapi lewat begitu saja dari pengamatan generasi2 tua yang merasa dirinya baik dan benar itu.

Kenapa ya kita itu (bukan hanya mereka) selalu mudah bereaksi dengan hal2 yang negatif dan sering melakukan tindakan yang defensif? Kalau sampai Playboy bisa terbit di Indonesia berarti menang ada yang tidak beres dengan peraturan media kita. Jauh sebelum Playboy terbit, berapa banyak tabloid2 yang isinya hanya menonjolkan model2 telanjang dan artikel2 pembangkit nafsu bisa terbit dengan bebas? Makin hari makin banyak tabloid2 jenis itu yang beredar dan sangat mudah untuk mendapatkannya. Tapi kenapa tidak ada reaksi keras dari para pihak2 itu untuk menghentikannya? Kenapa baru sekarang? Terus terang saya jadi meragukan itikat mereka, ini niat yang murni atau ada motif2 lain di belakangnya?

Saya sempat mengomentari tindakan2 mereka yang menentang Playboy itu dengan komentar yang, yahhh... mungkin pedas dan memojokkan, sampai2 teman saya protes dan menyuruh saya untuk tetap respek terhadap mereka. Oke, saya akui komentar saya agak berlebihan, tapi kalau saya diminta untuk memberi mereka penghormatan, waduh, saya sama sekali tidak bersedia. Buat apa saya respek terhadap pihak2 yang hanya bisa protes, hanya bisa bereaksi negatif tanpa pernah berpikiran terbuka dan introspeksi? Buat apa kita mengikuti pola pikir orang2 yang hanya bisa menghujat tapi tidak bisa memberikan solusi kongkrit untuk mencegah terjadinya kejadian serupa? Apa pentingnya meneladani pihak2 yang tidak bisa mengambil keputusan tegas dan selalu bertindak secara ambigu. Contohnya seperti tadi saya sebut: mereka berteriak2 dan melakukan tindakan untuk membredel Playboy tapi di lain pihak mereka juga tidak peduli dengan bertebarannya tabloid2 panas perangsang nafsu lelaki atau tayangan2 di televisi yang makin buruk kualitasnya untuk ditonton anak2. Terus terang saya lebih bersedia membeli Playboy dibandingkan tabloid panas kacangan dengan kualitas kertas, gambar, penampilan model, dan berita yang murahan dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Entah kapan para pihak2 yang gemar berteriak2 itu sadar bahwa 'Fenomena Playboy' ini sebenarnya adalah saat yang tepat untuk berintrospeksi dan berpikir jernih. Kejadian2 semacam ini sesungguhnya adalah sebuah peringatan bahwa selama ini ada tindakan kita yang salah dan melenceng dan kita juga sadar tidak sadar juga punya kontribusi sampai akhirnya kejadian2 macam itu muncul. Dan kita juga bisa memilih untuk memandang masalah seperti ini sebagai alat kita untuk lebih memperbaiki diri di masa depan, merumuskan tindakan2 kongkrit untuk bisa membuat lingkungan kita menjadi lebih baik dan terutama membuat diri kita menjadi manusia2 yang lebih baik dan bisa menjadi teladan buat anak2 kita.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home